Mengukur Kemampuan Diri

Ngukur. Ngukur dalam bahasa Jawa artinya menggaruk. Menggaruk karena ada rasa gatal yang tak tertahankan. Mengukur berarti menggaruk. Mengukur kemampuan berarti menggaruk kemampuan. Apa memang maknanya seperti itu?. Menggaruk kemampuan artinya mengorek-ngorek apa saja kemampuan dalam diri. Ternyata bisa di-cocokilogi :D.

“If I have the belief that I can do it, I shall surely acquire the capacity to do it even if I may not have it at the beginning.“- Mahatma Gandhi. Mampu itu berawal dari percaya diri. Percaya diri faktor kunci sukses awal. Setelah itu mengupayakan agar kemampuan tadi dapat ditunjukkan kepada orang lain. Mengupayakan mungkin harus die hard (mati-matian), tapi akan terbayar jika kemampuan itu di apresiasi baik oleh orang lain.

“If I have the belief that I can do it, I shall surely acquire the capacity to do it even if I may not have it at the beginning.“

“Aku sudah berusaha dengan kemampuan yang ada tapi kenapa apresiasinya tidak menggembirakan ?”. Ehmm..itu yang menilai diri sendiri atau orang lain?. Kalau orang lain mungkin sangat wajar, karena penilai mempunyai parameter tersendiri yang sangat mungkin berbeda dengan parameter sendiri. “Padahal aku sudah ber-die hard, mengakurkan antara kepentingan satu dengan yang lain. ?“. Pertanyaan berlanjut terus karena persepsi dan parameter ukur yang tidak sepaham. Kapasitas menilai kemampuan diri yang jujur sebenarnya dari diri sendiri, tapi kadang teringkari dengan subyektifitas dan lemahnya kesadaran diri.

“Sebaiknya bagaimana ?“. Buat pemahaman bersama, satukan tujuan dan ikhlas menjalankan serta lihat hasil akhirnya. Jika melihat hasil akhir, tanya kepada diri sendiri, buka lagi parameter penilaannya, mungkin ada salah satu parameter yang tidak terpenuhi dan itu menyumbang cukup signifikan hasil akhir. “Apakah kemampuan diri terdeskripsikan dengan penilaian akhir ?’. Jika ya, mungkin seperti itulah kemampuannya. Sebaliknya, buka lagi permahaman bersama.