Hidup bagi saya tak pernah mudah, pun begitu sudah sejak lama sekali saya berhenti bertanya KENAPA pada Tuhan, sebab Tuhan gak butuh alasan untuk memberi kita rasa sedih juga sakit, seperti halnya kita pun gak pernah mempertanyakan KENAPA pada Tuhan…
Meditasi Food Court
Sedang menikmati meditasi di Food Court yang penuh dengan makanan beserta penyantapnya. Puluhan bahkan ratusan menu untuk disajikan untuk memanjakan penikmatnya. Memilih salah satu atau lebih menu yang ada terkadang membuat frustasi. Penyebabnya kemauan yang berlebih atau keterbatasan nominal untuk menikmatinya.
Sebaiknya saat ketemu dengan kondisi ini, kembalilah ke selera asal, yaitu ke menu yang biasa dinikmati saja. Misal nasi goreng atau mie goreng.
Tapi gak usah protes kalau ternyata rasanya lebih nikmat racikan abang nasi goreng dekat rumah daripada masakan yang disajikan disini. Aku yakin sih protesnya bukan masalah rasa tapi lebih kepada harga yang berlipat dan porsi hidangan yang ada. Sifat manusia kan, pengin banyak tapi berkorbannya sedikit. Tapi protesnya ini justru membuktikan diri masih manusia biasa dan masih memperjuangkan nilai kecukupan yang sangat variabel.
Jadi tidak salah apa yang sering disampaikan oleh para pendakwah tentang kebersyukuran, keikhlasan dalam menjalani hidup, karena hal tersebut akan menjadi pondasi untuk selalu menikmati hidangan yang ada baik yang bernominal tinggi maupun rendah.
Jadi kalau mau makan itu ya makan aja gak usah mempermasalahkan enak apa nggak, toh rasa itu hanya bernilai saat ada di mulut, selepas itu gak ada bedanya enak atau gak enak, mahal atau murah, beli atau gratis.
Aku cukup menikmati makan seporsi besar Yong Tau Fu, bebek goreng dan beef black paper plus sebotol air mineral yang ku sambi sambil menulis.
Selamat menikmati apapun yang ada, karena semua akan memperkaya hidup kita.
#eatneat #jatahwisuda
This Post Has 0 Comments