skip to Main Content

Fanatik itu Cenderung Goblok

Fanatik. Fanatisme. Fans. Ngefans. Sebuah kata yang bermakna sama hanya mungkin peruntukkannya berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang saya copas bahwa :

fa·na·tik a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) thd ajaran (politik, agama, dsb): tokoh partai itu berada di tengah-tengah pengikutnya yg –; 

mem·fa·na·tiki v meyakini (ajaran, kepercayaan, dsb) dng teramat kuat: segelintir orang cenderung mendukung, membela, dan ~ ajaran sesat yg dibawa oleh pendatang baru itu;
ke·fa·na·tik·an n perihal fanatik

fa·na·tis·me n keyakinan (kepercayaan) yg terlalu kuat thd ajaran (politik, agama, dsb)

Semua arti diatas mengandung kata “keyakinan” . Secara pengertian awam fanatik, fanatisme dan ngefans menyiratkan sebuah sikap yang berlebih terhadap sesuatu, malah kadang terlihat tidak wajar. Mengutip twit dari KH. Mustofa Bisri tentang fans cukup menarik.

@gusmusgusmu : Rupanya tidak di agama tidak di bola; banyak yang fanatik buta. Asal ‘ngefans’. 🙂

Fanatik atau ngefans terhadap sesuatu pastinya sangat boleh, bahkan mungkin diperlukan asal proporsional. Jika berlebih kadang malah melumpuhkan logika sehingga berujung sebuah tindakan diluar kewajaran. Kewajaran sebuah persepsi menurut tataran keumuman yang disepakati.

Sikap fanatik seharusnya membuka lembar diskusi sehat terhadap keyakinan, paham, asas dan hal-hal yang akan diperjuangkan tentunya untuk kebaikan semua, buka dalam tataran yang sempit. Sikap fanatik yang tidak dilandasi pemahaman yang benar dan utuh hanya menghasilkan sikap dan tindakan yang sempit, tidak jarang malah berbenturan dengan tataran masyarakat keumuman.

Apakah ada perbedaan dengan ngefans?. Kenapa orang ngefans terhadap suatu hal?. Sepertinya berawal dari sebuah kekaguman berubah menjadi suka atau bahkan cinta karena ada sesuatu yang pas dipikiran atau hati, sehingga sikap, pendapat, perilakunya diamini. Mungkin ngefans lebih “lite” daripada fanatisme. Tapi bisa berubah menjadi fanatisme jika dengan subur membiusnya berlebihan.

Fanatisme bisa membawa ke jurang kehancuran diri jika tidak diimbangin dengan berpikir. Ini berlaku untuk fanatisme di semua bidang. Fanatisme berlebih menjadi susah untuk berpikir normal, mengarah ke delusi sehingga tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. Bahkan lebih baik menghindari orang yang fanatik buta.

Fanatik itu bagus, karena seperti meyakini suatu hal yang baik setidaknya menurut diri tapi tetap harus diimbangi dengan cara berpikir yang tepat. Jadi sekarang mau jadi orang fanatis cerdas atau fanatis goblok?. Pilihan ada ditangan masing-masing.

 

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top