Hidup bagi saya tak pernah mudah, pun begitu sudah sejak lama sekali saya berhenti bertanya KENAPA pada Tuhan, sebab Tuhan gak butuh alasan untuk memberi kita rasa sedih juga sakit, seperti halnya kita pun gak pernah mempertanyakan KENAPA pada Tuhan…
Dia Akhirnya Bunuh Diri
Dia akhirnya bunuh diri. Itu sebuah pernyataan saat mengetahui bahwa orang atau sosok yang dikenal akhirnya mengambil jalan pintas untuk mati, yaitu bunuh diri. Bunuh diri seolah menjadi solusi atas ketidaksanggupannya mengatasi masalah diri. Tapi ada tindakan bunuh diri yang dilakukan karena membela suatu kehormatan dan ini dikenal di Jepang dengan istilah Seppuku atau hara-kiri (istilah populer di luar Jepang).
Seppuku (切腹 , arti harfiah: “potong perut”) adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. (Wikipedia, 2017).
Tentunya Seppuku dan melakukan bunuh diri karena masalah asmara, hutang piutang atau masalah hidup lain, dimaknai beda walaupun dalam realitasnya sama yaitu mati. Manusia mati jelas ada sebuah alasan atau penyebabnya. Tapi memutuskan mati dengan membunuh diri sendiri jelas tidak semua orang ‘bernyali’ melakukannya. Bagi yang dapat berpikir jernih, tentunya akan berpikir sejuta kali mengambil keputusan ‘nekat’ ini.
Tindakan bunuh diri tentu bertentangan dengan ajaran agama. Dalam agama bahwa mati itu hal prerogatif Tuhan. Hidup mati itu hanya Tuhan berkeputusan. Apakah orang yang melakukan bunuh diri itu beragama?. Entahlah. Jika memang beragama, tentu jika orang itu beriman juga, pasti tahu hukumnya membunuh. Bunuh diri itu sama dengan membunuh. Ajaran agama menentangnya, dan ini masuk kategori tindakan berdosa. Berdosa artinya ada punishment atau hukumannya. Tapi apakah pelaku bunuh diri itu menyadari hal-hal dosa?.
Dalam diri manusia dikenal dengan sehat jasmani (fisik) dan sehat rohani (mental). Dua hal ini semacam indikator bahwa manusia itu tergolong normal atau tidak.
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal (Wikipedia, 2017).
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain (alodokter.com).
Bagaimana jika kesehatan ideal diatas menjadi tidak ideal, karena dinamika hidup dan kondisi hati serta pikirannya memicu menjadi tidak sehat?.
Dalam pembentukan karakter, pertama kali manusia harus dapat paham siapa diri sendiri, mulai dari mengenal secara mendalam siapa diri, mulai dari fisik, temperamen/watak, kelemahan dan kelebihan diri. Setelah paham, maka harus berani menerima siapa diri sebenarnya. Terus apa efeknya jika menolak diri?. Ini yang akan menjadi pemicu tindakan bunuh diri (akan dijelaskan dibagian kedua tulisan ini). Yang tidak kalah pentingnya adalah mulai mengembangkan diri, mengoptimalkan diri, berusaha sekuat tenaga menjadi pribadi yang unggul dan sehat. Usaha ini merupakan usaha yang terus menerus tanpa henti selama detak jantung dan nafas masih berjalan dengan normal.
Seorang pria di Jagakarsa Jakarta Selatan, menyiarkan secara live streaming melalui media sosial Facebook tindakan bunuh dirinya. Mungkin baru pertama terjadi di Indonesia. “Sekarang gua enggak tahu apa, gua bimbang. Ya kita lihat saja, gua berani apa enggak. Kalaupun gua berani melakukan hal yang sebenarnya gua enggak berani, kita lihat saja”. Ini adalah pernyataannya sebelum melakukan bunuh diri.
Berdasarkan data perkiraan WHO, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000. Tren angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000.
Bagaimana kecenderungannya kasus bunuh diri menurut data terbaru?.
Apa penyebab tindakan bunuh diri berikut tindakan pencegahannya?.
Ada juga kasus nyata tindakan bunuh diri yang gagal, sebuah drama insan cosplayer yang menarik untuk dikupas.
Tunggu di bagian kedua tulisan ini. BERSAMBUNG…..
Referensi
http://health.kompas.com/read/2016/09/09/140700323/undefined
http://www.alodokter.com/kesehatan-mental
http://www.alodokter.com/kenali-faktor-pemicu-dan-tanda-tanda-bunuh-diri
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_tubuh
https://id.wikipedia.org/wiki/Seppuku
https://kumparan.com/utomo-priyambodo/tren-bunuh-diri-di-indonesia-dan-mancanegara
http://www.huffingtonpost.com/
This Post Has 0 Comments