skip to Main Content

Bidadari Surga dan Perempuan Pesek

Aku memang jelek dan bodoh…“. Pernah menjawab suatu ‘ejekan’ yang aku terima dengan kalimat tadi. Aku amati sekian detik orang itu terhenyak halus dan speechless.
Aku mencoba tidak menyangkal atau mengelak karena aku menyadari bahwa memang jelek dan bodoh setidaknya menurutnya. Menyangkalnya malah memberikan legitimasi dia untuk terus merangsek ke tahap selanjutnya saat melihatku berusaha bertahan. Apakah aku menyerah?. Atau aku kehilangan nyali untuk defense?. Entahlah. Tapi aku lebih suka memberi ruang yang cukup untuk ‘memuaskan‘ kepada egonya, bahwa apa yang selama ini diyakini benar adanya.
Seperti saat orang berusaha menunjukkan kalau dia mampu dan layak padahal realitasnya berada disebaliknya, cukup menyudahi dengan sikap “mengiyakan” karena hanya itu yang dibutuhkan. Tidak lebih atau kurang. Padahal kita sudah ‘muak‘ mendengarkannya.
Aku tidak berkapasitas untuk memberikan komparasi antara sosok yang berjuluk bidadari surga dan perempuan pesek, tapi yang aku tahu mereka adalah perempuan-perempuan hebat. Satu lagi mereka sedang berusaha naik level ditengah riuhnya dan propaganda pribadi atau kelompok yang sedang menunjukkan eksistensi atau merasa menjadi polisi moral.
Entah alamiah atau kesengajaan kita berubah menjadi polisi moral, seolah bahwa kita dapat dengan leluasa memberikan judgement atau stempel tertentu dan merasa kita yang punya ruang untuk hidup.
Apakah seorang bidadari surga itu bisa berbuat salah atau mencoba untuk mengencerkan dengan kata khilaf untuk meminta maklum dari khalayak?. Menurutku saat kita hidup bernafas dan berdetak jantung kita masih manusia yang punya keterbatasan dan bingkai sosial. Aku sangat percaya bahwa spiritual itu tidak ada hubungannya dengan religiusitas. Saat kita masih melihat dunia/keluar maka kita belum selesai dengan dunia. Saat kita lebih melihatnya kedalam disitulah kesadaran-kesadaran itu bisa bertumbuh dan mungkin dunia itu hanya sebuah sekolah agar kita lebih bisa memahami diri.
Perempuan pesek. Sejatinya tidak ada yang namanya pesek atau mancung. Adanya pesek karena ada mancung. Begitu juga sebaliknya. Jadi saat ada yang bilang pesek, itu juga sebuah pujian dan bentuk pengakuan atas keberadaan mancung itu sendiri.
Aku percaya mereka pasti punya alasan, dan kita sering menafikan alasan mereka karena kita lebih suka berakting menjadi polisi moral dibanding mencoba memahaminya. Mereka perempuan hebat, perempuan tangguh, perempuan berprinsip dan mereka menyadari tidak semua orang sepakat dengannya.

Bidadari Surga dan Perempuan Pesek, saat masih diberi label ‘salah‘ berarti masih manusia, makhluk sempurna ciptaanNYA. Jika masih dianggap salah, sejatinya orang lain juga bisa salah. Salah itu manusiawi, jadi tidak usah takut salah.

#meditation at Mega Mall Bekasi

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top