skip to Main Content

Jangan Salahkan Micin

“Generasi micin” kata yang sudah lumrah kita dengar dikalangan netizen akhir – akhir ini.
Micin atau biasa disebut MSG (Mono Sodium Glutamate) merupakan bumbu penyedap rasa yang sering kita temui di banyak makanan, pertama dikenal publik sekitar tahun 1909 dan dipopulerkan oleh merk 4jIn0m0t* (sengaja alay agar nama merk tersamarkan).

MSG sendiri terbuat dari tetes tebu atau tepung tapioka dan melalui fermentasi mikroba. Sementara untuk batasan konsumsi menurut WHO adalah 6 gram per hari, tetapi rata-rata orang Indonesia hanya mengkonsumsi sekitar 0,65 gram setiap harinya.
Dilihat dari bahan baku pembuatannya dan kadarnya bagaimana sebuah “Micin” bisa membuat kebodahan seseorang / merusak jaringan otak ?.

Akhir-akhir ini kita sering membaca atau mendengarkan keluhan orang yang mengkaitkan istilah “Kids Zaman Now” dengan generasi micin. Padahal seperti yang kita tahu dari sedikit pembahasan diatas bahwa penggunaaan micin tidak berpengaruh buruk pada jaringan otak, mengingat micin yang kita konsumsi masih sangat jauh dari batas yang disarankan WHO.

Belum lagi, micin sudah ada sejak 108 tahun yang lalu, penemunya sendiripun berasal dari salah satu negara maju yang notabene penduduknya memiiki otak yang terbilang pintar. Lalu bagaimana bisa masyarakat menyalahkan micin dengan kebodohan seseorang ?. Tidak hanya di junk food saja, penggunaan micin juga terdapat di masakan rumahan, contohnya masakan dari ibu kita, itu artinya tanpa sadar kita telah mengejek atau menyalahkan sang ibu karena telah menebarkan micin kedalam masakan yang kita makan.

Terus bagaimana dengan tingkah laku kids zaman now yang sangat jauh berbada dengan generasi kids zaman old ?. Yang pasti disini bukan salah micin yg merubah perilaku atau pola pikir kids zaman now, semakin canggihnya teknologi informasi beriringan dengan majunya era globalisasi adalah kunci utamanya. Peran penting orang tua untuk mengajarkan, mengarahkan dan mengawasi anak-anaknya di zaman yang semakin rumit ini sangat diperlukan.

Contoh kasus mengapa anak SD sudah pacaran dan diupload di sosial media ?. Apakah salah micin ?. Bisa jadi ini pengaruh sinetron yang kekinian bukankah orang tua harusnya turut mengawasi apa yang ditonton oleh anak-anaknya ?.

Bagaimana dengan anak SMP yang sudah hamil diluar nikah ?. Apa salah micin ?. Bukankah orangtua harusnya mengajarkan baik buruknya suatu perbuatan dan setiap resikonya ?.

Kalau anak kecil sudah merokok ?. Bisa jadi dia mengikuti jejak Ayahnya atau kakaknya saat merokok dirumah, jadi apakah masih salah micin ?. Anak-anak cenderung mengikuti perilaku dari orang dewasa baik itu secara bahasanya maupun tingkah lakunya.

Keluarga adalah sarana, tempat dan wadah pertama serta paling banyak menghabiskan waktu untuk pembelajaran anak. Jadi sudah sepatutnya baik kakek nenek, kakak terutama orangtua menanamkan norma-norma baik pada setiap anak-anaknya. Masih ingin bilang kids zaman now itu generasi micin ?. Nah, coba dipikir baik-baik lagi ya, apa kids zaman old atau generasi 80-90an hidup dizaman tanpa micin?.

Kalau kalian masih ngeyel mengaitkan kebodohan otak dan kebodohan perilaku seseorang dengan “micin”, mungkin kalian adalah orang yang kurang piknik sama buku atau minimal artikel kaya gini.
Tetep kunjungin Creatoku.com buat tau info-info menarik lainnya, biar sekali-kali kalian juga bisa berpikiran lebih terbuka.

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top