Hidup bagi saya tak pernah mudah, pun begitu sudah sejak lama sekali saya berhenti bertanya KENAPA pada Tuhan, sebab Tuhan gak butuh alasan untuk memberi kita rasa sedih juga sakit, seperti halnya kita pun gak pernah mempertanyakan KENAPA pada Tuhan…
Mendung yang di gantung
Kepada mendung yang tengah tergantung.
Saya tau bagaimana berada diposisimu. Ketika rasa didada ingin luruh memeluk bumi, harus tertahan karena ketidak pastian angin yang tidak dimengerti. Terasa ambigu, begitu abu-abu. Apakah kamu akan turun sebagai hujan yang diharapkan, ataukah sebagai awan yang akan segera dilupakan. Sebagai hujan kau tak dijatuhkan. Sebagai awan terlalu berat membawa langkah untuk menepi. Sebab didalam dadamu telah dialiri rasa sayang yang tak mampu kau pungkiri.
Kepada mendung yang mengantung sejak pagi tadi..
Saya paham bagaimana rasa yang kau miliki. Gamang menyergap dari segala sudut hati. Tanya bertubi datang silih berganti. Apakah saya tak diingini? Mengapa ia diam-diam menjauh pergi? Setelah apa yang disampaikannya selama ini, sungguhkah ini benar terjadi? Ataukah saya hanya sekedar dicobai? Ataukah saya selama ini bermimpi, bercinta dengan ilusi saya sendiri?
Mendung yang baik hati, seharusnya memang angin yang memelukmu turun kebumi. Tetapi angin bukan ketetapan yang selalu pasti. Angin adalah sesuatu yang paling mudah berbalik arah. Bahkan ketika ia hari ini ia begitu mencintai, memelukmu sepenuh hati, bisa saja dia tiba-tiba pergi dan diam tanpa memberikan alasan pasti.
Tak mengapa.
Tentukan saja langkah yang selanjutnya. Adamu tidak untuk tergantung selamanya. Jika angin terlalu congkak untuk menyampaikan salam perpisahan, maka kau layak berjalan tanpa melambaikan tangan. Lepaskan dirinya untuk bahagia. Dan bahagiakan dirimu dengan menyambut harapan yang selanjutnya.
This Post Has 0 Comments